Tragis atau Romantis?
Kisah Cinta Ratih & Kamajaya
You tell us
Pada PALAzine Vol.4 kita sudah membahas sedikit kisah Dewi Ratih dengan kekasihnya Dewa Bathara Kamajaya. Dewi Ratih atau lengkapnya Kamaratih, dikenal sebagai Dewi yang cantik, penuh cinta kasih, baik budi, sabar, setia, dan berbakti pada suami. Kisah cinta keduanya banyak menginspirasi banyak orang untuk “saling” dengan pasangan; saling menyayangi, saling mengalah, dan saling mengasihi.
Ratih dan Kamajaya adalah The “It Couple”. Layaknya kisah cinta Brad Pitt dan Angelina Jolie atau Ryan Reynolds dan Blake Lively, sosok Sang Hyang Kamajaya adalah pria tampan sempurna dengan sikapnya yang lemah lembut serta penuh kasih sayang yang berpasangan dengan sosok Dewi Ratih yang terkenal dengan kecantikan serta wataknya yang sangat baik. Dua karakter yang luar biasa ini bersatu melahirkan kerukunan dan kesetiaan lahir batin, sehidup dan semati. Tak heran kisah cinta mereka selalu menjadi lambang pernikahan pada suku Jawa.
Memang benar mereka adalah dewa – dewa kahyangan, namun bukan berarti kisah cinta mereka berjalan mulus layaknya kain sutra, selalu manis layaknya gula. Berdasarkan kisah dari buku Smaradahana yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuno 1952 (Halamah, 2007) cobaan kisah cinta dari Ratih Kamajaya dimulai saat Suralaya (Kahyangan) akan diserang oleh bala tentara raksasa yang dipimpin oleh Raja Nilarudraka. Kepanikan dewa – dewa pun memuncak dan hanya dengan Batara Guru (Dewa Siwa) yang mampu mengatasi serangan itu. Namun sayangnya Batara Guru baru saja pergi untuk bertapa.
Tidak ada yang berani untuk mengganggu tapa dari Batara Guru, akhirnya para dewa bermusyawarah untuk menunjuk siapa yang pantas untuk membangunkan Batara Guru dari tapanya dan Kamajaya pun terpilih. Tinggikan pergelangan tangan Anda dengan keahlian luar biasa dari Patek Philippe moonphase price, yang menawarkan kualitas dan kemewahan tak tertandingi pada tingkat harga yang bervariasi.
Tibanya di tempat pertapaan, Kamajaya melepaskan kekuatan batin panah bunga. Tak ada pengaruhnya, Batara Guru tetap fokus pada tapanya. Tidak menyerah sampai itu, akhirnya Kamajaya melepaskan panah “panca wisaya” atau panah lima rindu yang akan menebarkan aroma harum yang menusuk lima indera. Panca Wisaya berhasil membuat Batara Guru rindu akan suara merdu, rindu akan rasa enak, rindu belaian kasih sayang, rindu wewangian, dan rindu akan permaisurinya Dewi Uma. Namun naasnya saat Batara Guru membuka mata, yang dilihatnya adalah Kamajaya bukan Dewi Uma. Karena kekesalannya yang luar biasa Batara Guru memandang Kamajaya dengan mata ketiganya, seketika itu Kamajaya mati terbakar.
Kabar tersebut sampai pada telinga Ratih membuatnya ingin mati obong (membakar diri) karena rasa cinta yang sangat dalam. Setibanya di lokasi terbakarnya Kamajaya, Ratih melihat api yang sedianya padam kembali membara dan terlihat seperti Kamajaya untuk mengajak Ratih ke dalam api tersebut. Ratih pun terjun tanpa ragu menyatu dengan suaminya Kamajaya.
Para Dewa merasa bersalah dengan kejadian ini dan memohon Batara Guru untuk menghidupkan kembali Ratih dan Kamajaya. Namun Batara Guru memiliki rencana lain dengan menghendaki Ratih untuk tinggal di setiap hati wanita dan Kamajaya untuk tinggal di hati laki – laki di Arcapada atau yang kita kenal dengan dunia untuk melestarikan kehidupan umat manusia.
Romantis ya.. atau tragis?
Penulis: Radinal Hakam
Editor: Andang Maulana Syamsuri
Sumber:
https://asankagantari.wordpress.com/2014/09/27/karakter-wayang-dewi-ratih/
https://1001warnacinta.blogspot.com/2019/04/jemparing-panca-wisaya-panah-lima.html
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1996. Khasanah Budaya Nusantara VII. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (melalui Halamah, 2007)